Kamis, 30 November 2017

Jaringan Listrik Aliran Atas



Arus listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan dari pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan waktu. Arus listrik dapat diukur dalam satuan Coulomb/detik atau Ampere. Contoh arus listrik dalam kehidupan sehari-hari berkisar dari yang sangat lemah dalam satuan mikro Ampere {\displaystyle \mu A}seperti di dalam jaringan tubuh hingga arus yang sangat kuat 1-200 kiloAmpere (kA) seperti yang terjadi pada petir. Dalam kebanyakan sirkuit arus searah dapat diasumsikan resistansi terhadap arus alat listrik adalah konstan sehingga besar arus yang mengalir dalam sirkuit bergantung pada voltase dan resistansi sesuai dengan hukum Ohm. Arus listrik merupakan satu dari tujuh satuan pokok dalam satuan internasional. Satuan internasional untuk arus listrik adalah Ampere (A). Secara formal satuan Ampere didefinisikan sebagai arus konstan yang, bila dipertahankan, akan menghasilkan gaya sebesar 2 x 10-7 Newton/meter di antara dua penghantar lurus sejajar, dengan luas penampang yang dapat diabaikan, berjarak 1 meter satu sama lain dalam ruang hampa udara. Jaringan listrik Aliran Atas atau yang sering di sebut LAA adalah suatu sistem yang terdiri dari Gardu Listrik dan jaringan listrik aliran atas yang berfungsi untuk menyalurkan daya listrik dari sumber ke beban dalam hal ini yang biasa menggunakan jaringan listrik aliran atas adalah Kereta Rel Listrik (KRL). Untuk mengetahui secara umum proses
penyaluran dapat di lihat pada gambar berikut :         




Power plant adalah bagian yang menghasilkan sumber energi listrik. Tenaga listrik ini akan disalurkan melalui transmisi yaitu power distribution line. dalam penyaluran ini ada dua proses perubahan tegangan yaitu pada line distribution line tegangan akan dinaikan menggunakan trafo step up menjadi (150 kV, 500 kV), setelah di transmisikan dan mendekati beban tegangan di turunkan dengan trafo step down menjadi (20 kV). Tegangan incomming pada DC substation adalah 20 kV dan akan di konversi menjadi teganan DC 1500. Teganan iniyang digunakan untuk suplay ke KRL. Di Jakarta modern seperti saat ini, KRL bukanlah hal yang asing untuk dilihat. Sangatlah lumrah anda melihat KRL wara-wiri di jalur kereta ibukota dan kota-kota penyangga di sekitarnya. Kebanyakan jalur KRL di Jabodetabek baru dielektrifikasi pasca Indonesia merdeka. Terkecuali untuk jalur Jakarta Kota-Bogor, Jakarta Kota-Jatinegara, Jakarta Kota-Tanjung Priok, dan Tanjung Priok-Jatinegara, semua jalur itu sudah dielektrifikasi sejak era kolonial Belanda.


Mungkin sering terbesit di benak anda. Di era kolonial yang masih belum se-modern sekarang, darimana mereka bisa mendapatkan listrik untuk menjalankan KRL? KRL di era kolonial dikelola oleh anak perusahaan Staatspoorwegen yang bernama Electrische Staatspoorwegen atau ESS. Selain sebagai operator, ESS juga bertanggungjawab atas sarana dan prasarana operasional KRL di Batavia dan sekitarnya termasuk untuk kelistrikan. Listrik untuk KRL ini didapatkan dari PLTA Kracak dan PLTA Ubruk yang berada di Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat. Dari PLTA Kracak dan PLTA Ubruk, listrik tak langsung dialirkan ke LAA (jaringan listrik aliran atas)  karena tegangan yang masih terlalu tinggi serta masih dalam bentuk AC, melainkan dikirim ke gardu induk melalui sutet. Saat ini ada 3 gardu induk untuk LAA peninggalan ESS yang masih digunakan sampai saat ini, yakni Gardu Induk Kedung Badak, Depok, Jatinegara, dan Ancol. Gardu induk ini akan menurunkan tegangan dari sutet serta mengkonversi tegangannya dari AC ke DC agar bisa langsung diaplikasikan ke LAA maupun mengirimkannya ke gardu kecil. Listrik yang sudah dikonversi ke DC di gardu induk disalurkan melalui kabel penyalur listrik ke gardu kecil. Kalau penasaran yang mana kabel penyalur, perhatikan saja kabel yang menggantung di samping LAA. Gardu kecil ini akan memperkecil tegangan yang disalurkan oleh gardu induk dan menyalurkannya ke kabel LAA. Selain itu, gardu kecil ini juga bisa memutus aliran LAA apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sayangnya gardu kecil ini kebanyakan sudah tidak digunakan lagi karena adanya modernisasi pada kelistrikan KRL. Dan juga pembaruan pada jaringan listrik aliran atas

Minggu, 05 November 2017

Alat Listrik Stop Kontak



Salam sejahtera bagi kita semua, selamat datang kembali di artikel saya, kali ini mari kitabahas tentang alat listrik stopkontak, tentu saja anda sangat familiar dengan alat listrik yang satu ini, seperti yang anda tau, stop kontak merupakan bagian terminal akhir dari instalasi listrik yang terpasang secara permanen sebagai penghubung energi listrik ke peralatan listrik. Disebut terpasang secara permanen, adalah karena letaknya terpasang pada dinding. Ada dua bentuk stop kontak yang sering dipasang dirumah, yaitu stop kontak kecil, biasanya dimanfaatkan untuk menyalurkan listrik daya rendah ke alat-alat listrik serta stop kontak besar yang digunakan untuk peralatan yang membutuhkan daya listrik besar. Stop kontak besar telah dilengkapi dengan lempeng logam pada sisi atas dan bawah yang berfungsi sebagai ground. Berdasarkan tempat pemasangannya, stop kontak dibedakan menjadi dua jenis, yaitu stop kontak yang dipasang pada tembok disebut stop kontak in bow serta stop kontak yang dipasang di luar tembok atau sekedar ditempelkan pada permukaan tembok dan lazim disebut stop kontak out bow
                      


                 Stop kontak kecil         
   
                         
 Stop kontak besar   


             
                 Stop kontak out bow     

        

Stop kontak in bow


Ada beberapa hal tentang stop kontak yang harus kita perhatikan, seperti mungkin anda pernah menyambungkan stop kontak dengan colokan, atau terminal cabang empat, atau dengan terminal T. Tujuannya tentu agar stop kontak muat banyak dengan colokan alat elektronik, namun sebenarnya stop kontak yang dipasangi banyak terminal berpotensi lebih mudah mengalami kebakaran dan menimbulkan korsleting, anda mungkin bingung mengapa bisa terjadi korsleting atau bahkan kebakaran karena menumpuk terminal pada stop kontak, Alasannya, anda tidak bisa menjamin penambahan terminal T pada titik kontak secara berulang yang dilakukan selalu tepat, dan bila tidak pas menyambungnya bisa timbul percikan listrik, percikan listrik itulah yang berpotensi menjadi kebakaran.




Maka dari itu perlunya kewaspadaan saat menyambungkan cabang terminal pada alat listrik stop kontak, selain perlu memastikan letaknya sudah tepat, anda harus menggunakan stop kontak SNI dengan kualitas yang terjamin. Anda harus waspada karena saat ini marak terjadi beberapa komponen pada perangkat listrik palsu biasanya sudah dikurangi untuk mengakali harga jual menjadi lebih murah, padahal, mengurangi komponen perangkat bisa menimbulkan bahaya. Namun tidak hanya pada stop kontak, karena pada dasarnya, tak ada hitungan jumlah ideal cabang yang disambungkan pada satu stop kontak, hal itu berhubungan dengan kemampuan hantar arus (KHA) dari kabel yang dipakai.

Ada tiga jenis kabel bergantung penggunaannya yanng biasa dipakai di rumah, yakni kabel NYA, kabel NYY, dan kabel NYM. Cara menghitung kekuatan arus pada kabel, atau kekuatan penampang, misal memakai kabel NYA yang memiliki ukuran 1,5 milimeter persegi dan punya kemampuan hantar arus 11 ampere misalnya, bisa menahan hingga 2.420 watt, cara menghitungnya, 11 ampere dikalikan tegangan 220 volt. Berarti 2.420 watt. Dengan jumlah itu, jumlah watt terpakai di rumah tidak boleh melebihi angka tersebut. Jadi walaupun hanya ada satu stop kontak, berapapun cabang atau alat listrik yang dicolokkan tidak boleh melebihi batas tersebut, dan pengamanan yang sangat direkomendasikan adalah untuk memasang MCB yaitu Mini Circuit Breaker. Sebagai salah satu perangkat listrik, MCB berfungsi sebagai pengaman terhadap gangguan hubungan singkat dan beban listrik lebih di rumah. Jadi, ketika anda secara tidak sengaja menghubungkan beban berlebih pada instalasi listrik, maka MCB akan secara otomatis memutuskan arus listrik.